Dislokasi Patella & Instabilitas Dan Pilihan Opsi Terapi

Patella dan Dislokasi Patella

Patella, juga dikenal sebagai tempurung lutut, adalah tulang bergerak yang terletak di bagian depan lutut. Patella atau dislokasi tempurung lutut umumnya terjadi pada usia muda tetapi dapat juga mempengaruhi usia paruh baya. Posisi yang dikenal dengan dislokasi patella adalah keadaan dimana tempurung lutut benar-benar ‘keluar’ dari posisi asalnya yang berada tepat didepan lutut (dislokasi patella), dalam kasus seperti ini akan terlihat sangat jelas, atau akan terlihat bergeser keluar dari posisinya (patella subluksasi), dalam hal ini pasien akan merasakan keadaan dimana lutut mereka ‘bergerak keluar seketika dan kemudian kembali ke posisinya asalnya’.

Patella upper limb
Gambar milik orthoinfo.aaso.org

 

Kneecap patella
Gambar milik orthoinfo.aaso.org

 

Dislokasi patella dapat terjadi karena cedera traumatis (pada umumnya terjadi selama aktivitas fisik atau disebabkan oleh kecelakaan) atau secara spontan. Mereka yang mengalami dislokasi patella secara spontan atau dengan trauma minimal pada lutut, pada umumnya memiliki kelainan (abnormal) pada struktur tulang yang menjadi predisposisi dislokasi patella berulang.

Patella dislocation
Gambar dislokasi patella. (Sumber dari orthoinfo.aaos.org)

 

X-rays of a dislocated patella
Sinar-X dari patella yang terkilir

 

Kebanyakan pasien yang mengalami dislokasi traumatis pada pertama kali kebanyakan akan mengeluh mengalami ‘pop’ selama cedera traumatis pada lutut. Dislokasi patella adalah salah satu dari dua kondisi yang biasanya muncul dengan keadaan mereka merasakan ‘pop’ setelah cedera memutar / berputar pada lutut selama olahraga, cedera lutut ‘popping’ umum lainnya adalah cedera anterior cruciate ligament (ACL). Akan ada rasa sakit langsung dan pembengkakan lutut saat patella ‘pops’ keluar dari posisinya.

Pasien mungkin akan merasakan ketidakmampuan untuk meluruskan atau menekuk lutut, juga disebut lutut ‘terkunci’. Kadang kala penutup lutut akan secara spontan kembali ke posisi semula. Dalam situasi lain, pasien perlu pergi ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk merelokasi patella dan ‘membuka’ lutut sebelum lutut dapat ditekuk dan diluruskan dengan nyaman.

Lutut dapat terus membengkak dan terasa kaku selama 4 hingga 6 minggu bahkan setelah patella direduksi pada tempatnya. Pasien mungkin juga akan mengalami kesulitan untuk berjalan dan menahan beban pada kaki yang cedera.

Perawatan Dislokasi Patella Akut

Untungnya, sebagian besar dislokasi patella jarang kambuh, dan karenanya sebagian besar dapat berhasil diobati dengan fisioterapi, dengan memulai kembalinya aktivitas normal secara bertahap. Namun, jika dislokasi/subluksasi patella berulang (dislokasi atau instabilitas patella berulang), pasien akan memerlukan pemeriksaan menyeluruh dan kemungkinan pembedahan untuk mencegah dislokasi lebih lanjut. Pada umunya, dislokasi patella lebih sering kambuh pada wanita, dan pada usia muda dan aktif.

Alasan umum mengapa patella berulang kali terkilir adalah karena kelainan struktural tulang lutut, atau kelemahan (kelonggaran) jaringan lunak di sekitar lutut, atau keduanya. Faktor-faktor ini berkontribusi pada patella menjadi tidak stabil, dan karenanya sering dengan mudah terkilir.

Dengan bantuan MRI dan kadang kala diperlukan CT scan, faktor-faktor yang menyebabkan patella berulang kali dislokasi dapat ditentukan untuk membantu memberikan petunjuk bagi manajemen bedah pada pasien yang berulang kali mengalami dislokasi/instabilitas patella.

Bagi pasien yang sering mengalami kondisi dimana dislokasi yang berulang kali kambuh  membutuhkan pembedahan, sebagian besar dapat diobati dengan operasi minimal pada lubang kunci invasif untuk rekonstruksi kembali ligamen dimana pentingnya ligamen ini untuk (MPFL: ligamen patella-femoralis medial) menstabilkan patella. Rekonstruksi MPFL biasanya dilakukan sebagai operasi satu hari dengan anestesi umum.

Sebagian besar pasien akan memerlukan penggunaan penyangga dan kruk selama 6 minggu pertama setelah operasi, sebelum secara bertahap mendapatkan kembali rentang gerak dan fungsi sepenuhnya dalam rentang 4 hingga 6 bulan.

Medial patella-femoral ligament reconstruction being performed using key-hole incisions by Dr Wee.
Rekonstruksi ligamen patellofemoral medial yang dilakukan oleh Dr Wee, menggunakan sayatan lubang kunci.

Picture of MPFL reconstruction (Courtesy of www.smith-nephew.com)
Gambar rekonstruksi MPFL. (Sumber dari www.smith-nephew.com)

Untuk pasien yang mengalami dislokasi secara berulang kali dikarenakan oleh kelainan struktur tulang, diperlukan operasi (osteotomy) untuk memperbaiki struktur tulang lutut dimana operasi dilakukan secara terbuka dan lebih invasif. Pasien-pasien kategori ini biasanya memiliki instabilitas patella lutut bilateral dan dengan rentang umur yang masih muda.

Secara keseluruhan, operasi osteotomi korektif tulang hanya diperlukan pada sebagian kecil pasien yang mengalami instabilitas patella. Trochleoplasty dan osteotomi tuberkulum tibialis adalah dua prosedur osteotomi yang umum dilakukan pada pasien yang mengalami instabilitas patella.

Dengan operasi stabilisasi patella, risiko terjadinya dislokasi ulang setelah operasi berkurang secara signifikan hingga kurang dari 10%.

Untuk pemahaman dan evaluasi yang lebih menyeluruh tentang instabilitas dan dislokasi patella, silakan hubungi ahli bedah olahraga dan artroskopi kami, Dr Andy Wee, langsung di +65 62477958.